Pages

Thursday, May 28, 2009

Kisah Orang-Orang Romantis

Tulisan ini masih seputar Cinta, masih di Edisi Cinta tapi pembahasan kali ini beda.Kali ini kita akan berbicara kisah orang-orang Romantis. Atau orang-orang yang memiliki jiwa yang halus. Dimulai dari kisah yang sangat legendaris antara dua insan yang tidak asing lagi. Qois dan Layla. Marilah kita fokuskan sejenak hati dan pikiran kita.

Qays dan Layla
Qais sebenarnya tidak harus bunuh diri. Hidup tetap bisa dilanjutkan tanpa Layla. Tapi itulah masalahnya. Ia tidak sanggup. Ia menyerah. Hidup tidak lagi berarti baginya tanpa layla. Ia memang tidak minum racun. Atau gantung diri. Atau memutus urat nadinya. Tapi ia membiarkan dirinya tenggelam dalam duka sampai napas berakhir. Tidak bunuh diri. Tapi jalannya seperti itu. Orang-orang romantis selalu begitu : rapuh. Bukan karena romantisme mengharuskan mereka rapuh. Tapi di dalam jiwa mereka ada bias besar. Mereka punya jiwa yang halus. Tapi kehalusan itu berbaur dengan kelemahan. Dan itu bukan kombinasi yang bagus. Sebab batasnya jadi kabur. Kehalusan dan kelemahan jadi tampak sama. Qais lelaki yang halus. Sekaligus lemah. Kombinasi begini banyak membuat orang-orang romantis jadi sangat rapuh. Apalagi saat-saat menghadapi badai kehidupan. Misalnya ketika mereka harus berpisah untuk sebuah pertempuran. Maka cinta dan perang selalu hadir sebagai momen paling melankolik bagi orang-orang romantis.
Tapi kehidupan punya jalannya sendiri. Ada kaidah yang mengaturnya. Dan perang adalah niscaya dalam aturan itu. Maka terbentanglah medan konflik yang rumit dalam batin mereka. Dan orang-orang romantis yang rapuh itu selalu kalah. Itu sebabnya Allah mengancam orang-orang beriman : kalau mereka mencintai istri-istri mereka lebih dari cinta mereka pada jihad, maka Allah pasti punya urusan dengan mereka.
Di sana mereka bisa menyambunyikan kerapuhan atas nama kehalusan dan kelembitan jiwa. Itu sebabnya cinta jiwa selalu membutuhkan pelurusan dan pemaknaan dengan menyatukannya dengan cinta misi.

Abu Nuwas dan Janan
Abu Nuwas adalah seorang penyair terkenal pada masa khalifah Al-Mahdi. Dan kisah romantismenya Abu Nuwas dengan seorang hamba sahaya yang berparas cantik, manis dan yang palin g menarik adalah dia juga seorang sastrawati yang cakap nan pandai dan bahkan dia juga penulis syair. Dia adalah Janan. Abu Nuwas yang sebelumnya adalah seorang penyair yang menyimpang, dia tidak percaya pada cinta seorang wanita. Dia lebih memilih cinta terhadap pemuda. Nah disilah uniknya kisah abu Nuwas dan Janan.
Sejak bertemu dengan hamba sahaya itu. Abu Nuwas langsung menyimpang. Inilah cinta pada pandangan pertama. Dan begitulah orang-orang romantis. Mudah menyimpang, bukan menyimpang kerena sakit jiwa. Tapi menyimpang karena jiwanya halus. Abu Nuwas adalah seorang lelaki yang menyimpang dari kodradnya sebagai seorang laki-laki. Cintalah yang bisa merubah penyimpangan itu ke jalan yang lurus. Meskipun dalam perubahannya dia dicemooh, dihina, bahkan Janan menjuluki Abu Nuwas si anjing, besikap seperti perempuan,dan pembohang. Tapi tetap saja dia teguh dengan perasaannya itu, bahkan dia menuliskan syair untuk Janan :
Kepada siapa aku tuturkan
Setiap orang merasa bosan
Tentang cintaku berkepanjangan
Tidak pernah kesampaian

Kalau mereka bertanya
tentang sisi alasan
padaku terdapat cercaan
ia bilang mencintaiku
benar ku cinta dia
sampai hari kebangkitan
atau satukan kami
dalam kain kafanku

celakalah engkau
aku tidak berpaling dari cintanya
selama jiwaku
dengan badan berkawan setia

aku takkan terus terang
tidak sembunyi-sembunyi
orang yang bersikap kasar kepadaku
telah menbuatku kasar
wahai sekalian manusia
dengarkan dan sadarilah
bahwa Janan
sahabat Al-Hasan

dan meraka harus terpisah karena majikan Janan mengirimnya ke suatu daerah yang bernama Hikman. Tapi inilah resiko yang harus dihadapi oleh seorang pecinta sejati. Dia harus kuat, tegar, bisa mengkombinasikan jiwa yang halus dengan kekuatan jiwa, sehingga cintanya tidak membuatnya semakin jauh dari cintanya kepada Allah.


Bersambung……………

No comments: