Pages

Sunday, November 22, 2009

Malang Pagi ini


Ketika mentari seharusnya pagi ini tersenyum menyambut pagi, dan burung2 camar mengoceh seenaknya di tambah lagi lambaian ceria sang awan pagi. Tapi akhir2 ini yg terlihat malah berbeda, gemuruh suara mesin kendaraan memenuhi suasana pagi ini, mendung dan dinginnya menyengat ulu hati. Malang kota kecil yg terkenal dengan kota pendidikan dan kota seribu apel ini aku tinggal. Sudah hampir enam tahun merantau di kota ini. Kota yg nyaman, sejuk dan tenang, beda jauh dari kota metropolis Surabaya, yg sesak, padat, Puanas ditambah lagi sarangnya Tikus2 kantor.

Pagi ini, seperti biasa aku masih ada didepan computer. Sama seperti hari2 sebelumnya tapi yg membedakan adalah suasananya yg membuat aku menerawang jauh ke kampong halaman, ya, mendung. Mendung memang sering kali membuat aku ingat akan halaman rumah, ingat akan sawah yg terhampar pohon jagung dan sayur-sayuran., ingat akan keindahan pantai Se’ Taber (nama pantai yg berada sekitar 200 M dr rumahku), ingat masa kecilku main kelereng, ingat adek2ku, inget segalanya tentang masa kecilku. “ah…jadi pengen kembali kemasa itu”, gumamku dalam hati.


“malang sudah mulai berubah ya…gk kayak dulu pas awal2 aku menginjakkan kaki disini”. Malang memang banyak perubahan, kalo dulu awal2 aku bertandang ke Kota Apel ini, pas pada pertengahan bulan April tahun 2004. Waktu itu malang yg aku rasakan masih lumayan asri, sejuk dingin menusuk ulu hati bahkan lebih dalam lagi sampai menyelinap ke sel-sel darah. Mandi kala matahari sudah diubun-ubun itu sudah biasa, bahkan kadang seharian gk mandi saking dinginnya. Cuma bermodalkan cuci muka dan gosok gigi saja kalo misalkan mau ke kampus. Apalagi kalo hari Ahad, selimut menjadi teman paling mesra dikamar, kecuali kalo ada kegiatan penting, seperti Syuting mendadak, diajak temen traktir makan, ada kajian (kalo pas gk males, hehe).

Kebetulan malang pagi ini, sejak beberapa minggu ini sudah mulai lumayan berubah dibanding dua minggu yg lalu ato bulan lalu, aku masih inget banget waktu minggi lalu yg panasnya minta ampun, gk ada bedanya dengan Surabaya, mau keluar rumah saja gk berani kecuali ada hal penting, kalaupun keluar rumah harus pake SunBlock dulu banyak2, karna panasnya menyengat dan bisa2 membakar kulit sampai hangus (lebayyy..), sampai2 banyak manusia di Kota ini yg sakit2an terkena penyakit, ada yg demam, pusing2, dehidrasi, tipus, DB, de-el-el bisa dibilang musim pancaroba lah. Tapi mulai minggu kemaren musim berganti menjadi musim “Cinta Laura” tau kan musim Cinta Laura?, “udah becek- gk ada ojeck-capeck deck…”.. maksudnya musim becek, eh..musim hujan. Malang beberapa hari ini diguyur hujan dengan sempurna, hampir tiap hari dan kalaupun gk hujan mendung menjadi pemandangan sehari kota malang. Persis pagi ini.

Aku yg menjadi manusia malam pun menyambut suasana ini dengan terbuka, karna malam hari aku habiskan tuk kerja, jadi bila pagi tiba saatnya merencanakan tuk markir tubuh atletisku di kamar sambil baca novel kemudian terlelap. Baca buku adalah trik yg ampuh buat aku tuk cepat menghipnotis ku tidur. Dan saat ini jam dinding di tempat kerjaku sudah menunjukkan angka Delapan, persis angka keberuntungannya PKS (Partai Ku Sayang…), aku masih di tempat kerja, jadi gk bias berlabuh ke pulau kapuk seperti hari kemaren. Habisnya diluar masih terlihat hujan dengan setianya menyirami jalanan aspal yg membuatnya menjadi licin dan bisa mejungkir-balikkan kendaraan yg ban-nya gundul seperti buah semangka.

Sambil mendengarkan lantunan lagu Anang “Separuh Jiwaku Pergi”, aku mulai mengalihkan perhatianku pada windows, lebih tepatnya Fesbook, ku cek satu per satu daftar temen yg lagi OnLine. Ternyata Bro Erik Marangga terlihat online, aku sapa saja

Iqbal Ibel : “dimana Bro?”
Erik Marangga : “Kajian ikadi bro…”
Iqbal ibel : “dmn?”
Erik Marangga : “ muhajirin”
Iqbal ibel : “tumben ikut kjian?”


Aku tunggu beberapa menit gk ada balesan lagi…”paling lagi sibuk dengerin ceramah” pikirku dalam hati. “Tapi aneh ya..kok bisa kajian masih sempat2nya OL”….tak lama kemudian Erik Marangga Off Line.

3 comments:

Arema said...

kangen malang...

Muchlisin said...

Ada ketenangan dan kesejukan di Malang, semoga keduanya ada di setiap hati penduduknya

Unknown said...

yap....sepakat ama bang muchlisin..